x

Apa Itu Psikosomatis Pada Lansia dan Bagaimana Cara Mengendalikannya di Tengah Pandemi?

Share

Berbicara tentang lanjut usia atau lansia, seringkali diidentikan dengan penurunan kemampuan mengingat, penurunan fokus atau perhatian, dan juga penurunan fungsi kognitif. Hal tersebut akhirnya berdampak pada kondisi emosional para lansia, dan tidak jarang membuat lansia cenderung lebih sensitif, ingin diperhatikan, mudah marah, mudah stres dan cemas.

Pandemi Covid-19 sendiri pun diibaratkan sebuah teror yang telah membuat banyak orang mengalami perasaan cemas bahkan menimbulkan paranoia tersendiri hingga menyebabkan stres. Kondisi ini tidak hanya dialami oleh remaja dan orang dewasa saja, tetapi juga oleh lansia. Akibatnya, psikologis dan fisik lansia terganggu karena diterpa berbagai berita dari segala arah tentang wabah ini. Sehingga muncul gejala-gejala seperti demam, sakit tenggorokan, batuk, ataupun sesak napas. Padahal gejala tersebut bisa saja timbul karena merasa cemas dan stres.

Melansir penjelasan dari laman psychologytoday.com, bahwa merasa cemas dan stres di tengah penyebaran penyakit malah menimbulkan risiko seseorang rentan terhadap paparan virus. Karena perasaan cemas dan stres yang berlebihan membuat tubuh melepaskan hormon kortisol yang dapat menekan imun badan, sehingga kekebalan atau daya tahan tubuh dapat berkurang dalam melawan virus. 

Cemas dan stres merupakan hal biasa yang terjadi atau dialami setiap orang. Namun, hati-hati jika stres dibiarkan, karena dapat menimbulkan berbagai gangguan kesehatan, salah satunya adalah psikosomatis. Dilansir dari britannica.com, gangguan psikosomatis merupakan kondisi ketika tekanan psikologis mempengaruhi fungsi fisiologis (somatik) secara negatif hingga menimbulkan gejala sakit. Gangguan psikosomatis ini melibatkan pikiran dan tubuh, di mana pikiran mempengaruhi tubuh hingga penyakit muncul atau menjadi bertambah parah. Psikosomatis sendiri terdiri dari dua kata, yaitu pikiran (psyche) dan tubuh (soma). Istilah ini digunakan untuk menyatakan keluhan fisik yang diduga disebabkan atau diperparah oleh faktor psikis atau mental, seperti stres dan rasa cemas.

Psikosomatis secara umum diartikan sebagai gangguan fisik yang disebabkan oleh pengaruh faktor mental pada diri seseorang dan biasanya berangkat dari masalah psikologis, seperti stres, cemas, atau depresi. Mengutip dari penjelasan Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, adapun faktor mental atau psikologis dapat memicu munculnya beragam gejala gangguan fisik, seperti sakit perut atau nyeri ulu hati, sakit punggung belakang, sakit gigi, sakit kepala atau migrain, bernapas dengan cepat, jantung berdebar-debar, gemetar atau tremor, sesak napas dan berkeringat.   

Oleh sebab itu, bagaimana cara lansia seharusnya mengatasi kecemasan berlebih di tengah masa pandemi Covid-19 ini? Seperti yang dilansir dari laman covid19.go.id, Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional atau BKKBN mengeluarkan panduan bertajuk psikosomatis pada lansia untuk menghadapi COVID-19, adapun beberapa tips yang dapat dilakukan untuk mengendalikan kecemasan sebagai berikut: 

1. Menerima keadaan dan tidak perlu menangkal cemas

Belajar menerima keadaan atau realita buruk yang sedang Anda hadapi, serta berpikir positiflah bahwa kondisi ini sementara dan akan segera berlalu. Perasaan cemas sendiri tidak akan membantu mengelola stres, karena rasa cemas bersifat alami atau sebagai hal yang wajar. Kecemasan membantu untuk bersiap dan merasa lebih aman, tetapi jangan berlebihan. Berdoa dan beribadah adalah salah satu cara untuk memberi kekuatan spiritual pada lansia. 

2. Jangan hanya fokus pada informasi negatif

Pastikan Anda memperhatikan informasi positif tentang Covid-19. Cari tahu tentang pengalaman lansia atau orang-orang yang pulih dari virus Covid-19. Fokuslah pada hal-hal yang dapat dikontrol, serta kurangilah rasa khawatir pada keadaan yang di luar kendali Anda. Selain itu, untuk menghindari informasi negatif, Anda bisa juga mengikuti pelatihan online dengan narasumber terpercaya untuk menambah wawasan. 

3. Batasi koneksi dengan media sosial atau internet

Sebagai lansia, pastikan Anda selalu menerima informasi dari sumber yang valid, seperti Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, WHO,  ahli epidemiologi kesehatan masyarakat yang terpercaya, atau bisa juga lihat perkembangan Covid-19 melalui situs resmi pemerintah Indonesia https://www.covid19.go.id

4. Tetap aktif bergerak

Tetapkanlah waktu setidaknya 30 menit setiap harinya untuk berolahraga. Misalnya dengan berolahraga yoga dasar yang dapat menenangkan pikiran. Bisa juga Anda lakukan senam ringan atau berjalan-jalan di sekitar pekarangan rumah sambil berjemur di pagi hari. 

5. Konsumsi makanan dengan gizi seimbang dan tepat waktu

Pastikan Anda menjaga pola makan dengan menu dan nutrisi seimbang yang mengandung vitamin C, E, Zinc, serta jangan lupa untuk minum multivitamin. Kemudian jaga juga pola tidur Anda dengan durasi 7-8 jam per hari. 

6. Tetap rileks 

Luangkan waktu untuk beristirahat, bersantai, dan menenangkan diri. Lakukan teknik pernapasan sederhana untuk mengatur napas dan memperbaiki suasana hati. Misalnya dengan mendengarkan musik, mendengarkan kicauan burung atau sesuatu yang membuat Anda rileks.

7. Lakukan kegiatan yang menyenangkan di rumah 

Agar dapat tetap melatih daya ingat atau memori ringan, Anda bisa membaca, melukis, bermain catur, menyulam, menjahit, memainkan alat musik, bernyanyi, ataupun berkebun. 

8. Tetap berhubungan dengan keluarga dan kerabat

Karena seiring bertambahnya usia, maka tubuh akan mengalami berbagai penurunan, seperti menurunnya produksi pigmen warna rambut, produksi hormon, kekenyalan kulit, massa otot, kepadatan tulang, kekuatan gigi, hingga fungsi organ-organ tubuh. Inilah yang membuat lansia rentan terhadap penyakit atau virus. Maka dari itu batasi interaksi secara langsung dengan orang. Lakukanlah komunikasi via telepon, email, media sosial, video call, atau cara lainnya yang dapat membantu mengatasi kecemasan Anda.

Ada pepatah mengatakan, “badai pasti berlalu”, kesulitan dalam situasi dan kondisi seperti saat ini pasti akan berkurang dan akhirnya menghilang.